Karya sastra di Indonesia mungkin tidaklah menempati posisi
yang banyak diminati oleh masyarakatnya. Tingkat minat baca tulis adalah hal
yang paling berpengaruh terhadap perkembangan karya sastra di Indonesia. Selama
minat baca tulis masyarakat tinggi, karya sastra juga akan bergerak lurus
sejalan dengannya. Namun pada kenyataannya, sudah bukan rahasia lagi jika minat
baca tulis masyarakat Indonesia sangat rendah. Sehingga minat terhadap karya sastra pun akhirnya juga ikut runtuh.
Di sisi lain sarana bagi para penulis pun juga sangat minim. Ruang untuk para penulis menuangkan karyanya belum cukup memadai. Berbagai permasalahan seperti penerbitan, plagiasi, dan lain-lain menjadi kendala yang dirasakan oleh para penulis.
Untuk itu, masyarakat dan pemerintah sudah sepatutnya bekerja sama dalam memberikan ruang bagi para penulis. Pemerintah dapat membangun ataupun sekedar mendukung pengadaan sarana bagi para penulis dengan berbagai cara. Sementara masyarakat juga turut berpartisipasi dalam mengapresiasi karya sastra, salah satunya adalah dengan berkarya.
Dalam berkarya sastra, tidak semua bentuk karya dapat diminati. Salah satu bentuk karya sastra yang kini sudah jarang di tengok adalah puisi. Ketertarikan pembaca atau penulis terhadap karya sastra yang satu ini memang sudah tidak se-antusias pada tahun ’45 sampai ‘70an. Di tahun-tahun tersebut, banyak peristiwa-peristiwa besar yang dituangkan ke dalam karya sastra puisi. Sehingga pada kisaran tahun tersebut dapat dikatakan bahwa karya sastra sedang dalam puncak kejayaannya.
Di sisi lain sarana bagi para penulis pun juga sangat minim. Ruang untuk para penulis menuangkan karyanya belum cukup memadai. Berbagai permasalahan seperti penerbitan, plagiasi, dan lain-lain menjadi kendala yang dirasakan oleh para penulis.
Untuk itu, masyarakat dan pemerintah sudah sepatutnya bekerja sama dalam memberikan ruang bagi para penulis. Pemerintah dapat membangun ataupun sekedar mendukung pengadaan sarana bagi para penulis dengan berbagai cara. Sementara masyarakat juga turut berpartisipasi dalam mengapresiasi karya sastra, salah satunya adalah dengan berkarya.
Dalam berkarya sastra, tidak semua bentuk karya dapat diminati. Salah satu bentuk karya sastra yang kini sudah jarang di tengok adalah puisi. Ketertarikan pembaca atau penulis terhadap karya sastra yang satu ini memang sudah tidak se-antusias pada tahun ’45 sampai ‘70an. Di tahun-tahun tersebut, banyak peristiwa-peristiwa besar yang dituangkan ke dalam karya sastra puisi. Sehingga pada kisaran tahun tersebut dapat dikatakan bahwa karya sastra sedang dalam puncak kejayaannya.
Dari latar
belakang tersebut serta ketertarikan kami pada karya sastra, maka kami mencoba
membuat suatu platform yang diharapkan dapat membangkitkan kembali kejayaan
kesusastraan Indonesia. Tepat hari ini, Minggu, 1 November 2015, kami resmi
merilis sinekdok.com, sebuah media yang diperuntukkan bagi semua kalangan yang
memiliki ketertarikan pada dunia penulisan sastra. Sinekdok menjadi media untuk
berbagi dan menuangkan karya-karya sastra seperti puisi, cerpen, novel,
kata-kata motivasi, quote bergambar, bahkan musikalisasi puisi, yang semuanya
dikemas dalam bentuk interaksi di media sosial. Mengapa dikemas dalam bentuk
interaksi media sosial? Karena kami ingin menciptakan kesan bahwa berkarya
sastra bisa dilakukan dengan cara yang lebih menyenangkan.
Selain itu,
sinekdok juga memberikan kesempatan pada semua penulis yang menuangkan
karyanya, untuk kemudian bisa diterbitkan dalam bentuk buku. Tidak hanya itu,
konten yang menarik dari penulis juga dapat dijadikan produk-produk yang
bernilai jual, seperti ; kaos, wood painting, mug, dan lain-lain yang
nantinya penulis akan mendapatkan royalty dari penjualan produk tersebut. Dengan
begitu, diharapkan sinekdok dapat memperkaya sastra Indonesia serta melahirkan
sastrawan-sastrawan baru yang kompeten.
0 comments:
Post a Comment